Minggu, 04 November 2012

SEPERTI APA SIH REMAJA GAUL SEBENARNYA?


Banyak remaja di sekitar kita yang salah mengartikan "GAUL" Katanya, remaja yang gaul itu adalah remaja yang gak bakal pernah ketinggalan dengan yang namanya tren masa kini. Apakah itu fashion, mode rambut, handphone bahkan masalah apa yang dibaca, ditonton dan dimakanpun bisa jadi pertimbangan status anak yang gaul.
Emang benar, remaja sangat antusias terhadap adanya hal yang baru. Gaya hidup hura-hura sangat menarik bagi mereka. Daya pikatnya sangat luar biasa, sehingga dalam waktu singkat munculah fenomena baru akibat paham ini. Fenomena yang muncul, ada kecenderungan untuk lebih memilih hidup enak, mewah, dan serba kecukupan tanpa harus bekerja keras. Titel "remaja yang gaul dan funky " baru melekat bila mampu memenuhi standar tren saat ini. Lalu kenapa remaja-remaja sekarang memilih menjadiakn tren sebagai gaya hidup? Karena banyak media yang mempengaruhi gaya hidup remaja yang notaben sedang mencari jati diri menjadi lebih baik dari sekarang. Sebut saja beberapa majalah yang sangat mendukung tren remaja masa kini, dampaknya remaja-remaja banyak mengikuti tren yang ditampilkan tersebut.
Saat ini istilah gaul identik dengan fashion and shopping. Padahal sebenarnya tidak demikian. remaja gaul adalah remaja yang punya identitas dan bisa bersikap serta berprilaku sesuai dengan situasi dan kondisi.
Demikian halnya juga dengan intelektualitas yang dimiliki oleh remaja, remaja bisa dikatakan gaul jika remaja tersebut pintar dalam hampir segala bidang, misalnya pintar dalam mata pelajaran, pintar bergaul, pintar bersikap dan menghargai orang lain serta tidak membuang-buang waktu hanya untuk hal-hal yang tidak bermanfaat.
Hal yang tidak bermanfaat misalnya nongkrong-nongkrong bersama teman-teman mereka sore atau malam hari, atau menggunakan narkoba. Remaja sekarang rentan sekali terpengaruh dengan kondisi dan lingkungan di mana remaja tersebut berada. Lingkungan yang baik akan menjadikan remaja itu baik dan lingkungan yang tidak baik akan menjadikan remaja itu tidak baik pula.
Menurut PIK Remaja Al-Hikmah remaja dikatakan gaul itu bukan remaja yang menghabiskan waktu berhura-hura dengan hal-hal yang tidak bermanfaat. Remaja gaul adalah remaja yang mampu mempergunakan waktu untuk hal-hal yang bermanfaat baik untuk dirinya maupun untuk orang lain.

Keprihatinan : Gaya Hidup “Bebas” Remaja Masa Kini


Setelah kita memasuki era kehidupan dengan sistem komunikasi global, dengan kemudahan mengakses informasi baik melalui media cetak, TV, internet, komik,  media ponsel, dan DVD bajakan yang berkeliaran di masyarakat, tentunya memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan kita. Setiap fenomena yang ada dan terjadi di dunia, tentunya akan memberikan nilai positif sekaligus negatif. Sangat tergantung pada pola pikir dan landasan hidup pribadi masing-masing.
Setiap individu dari kita akan merasa senang dengan kehadiran produk atau layanan yang lebih canggih dan praktis. Tidak terkecuali teknologi internet yang telah merobohkan batas dunia dan media televisi yang menyajikan hiburan, informasi serta berita aktual. Begitu juga, handphone yang telah membantu komunikasi sesama manusia untuk kapan saja meskipun satu dengan yang lainnya berada di dunia Utara-Selatan atau belahan Timur – Laut.

Teknologi + Kebebasan – Edukasi = Kehancuran

Setiap teknologi memberikan efek positif dan negatif . Maraknya penggunaan ponsel telah menurunkan interaksi individu secara langsung. Hal ini akan cenderung membuat pola hidup manusia menjadi indivualistis. Dampak negatif ini tentunya dapat dikurangi bahkan dihindari jika saja si pengguna memiliki pemahaman/pengetahuan, etika dan sikap yang kuat (bijak-positif) untuk memanfaatkan sesuatu secara selektif dan tepat guna.
Inilah titik permasalahannya bagi anak dan remaja. Penyaring internal (pemahamam, etika dan sikap) anak dan remaja kita masih sangat rapuh. Di era kompleksitas arus kehidupan saat ini, orang tua (terutama di perkotaan) telah kehilangan daya mendidik dan membangun keluarga bagi anak-anaknya. Hal ini diperparah dengan maraknya “racun-racun” yang diterima oleh anak-anak kita saat ini. Adegan-adegan kekerasan, seksual, mistik, dan hedonisme di media TV, koran dan internet, serta sistem pendidikan sekolah yang gagal membangun karakter anak, telah menyerang anak-anak kita saat ini.
Di sisi lain, rendahnya regulasi dan law inforcement dari pemerintah dan aparaturnya, telah menyebabkan oknum-oknum perusak generasi muda kita “berkembang biak: secara pesat. KKN antara pihak penguasa dengan pengusaha dalam regulasi, publikasi dan distribusi media menyebabkan jutaan pemimpin masa depan Indonesia di ujung kepunahan. Sederet keprihatinan anak dan remaja saat ini seperti kenakalan remaja, pola hidup konsumtif-hedonistik, pergaulan bebas, rokok, narkoba, dan kecanduan game on line hampir menuju budaya “gaya hidup” remaja masa kini.
Teknologi tanpa filtrasi (perlu regulasi agar kebebasan tidak jebol) dan rapuhnya edukasi/karakter manusia mengakibatkan kehancuran bangsa.

Rokok, Narkoba, Seks, dan AIDS

Ditengah berita siswa-siswi berprestasi dalam ajang penelitian, olimpiade sains, seni dan olahraga, anak muda Indonesia saat ini terancam dalam masa chaos. Jutaan remaja kita menjadi korban perusahaan nikotin-rokok. Lebih dari 2 juta remaja Indonesia ketagihan Narkoba (BNN 2004) dan lebih 8000 remaja terdiagnosis pengidap AIDS (Depkes 2008). Disamping itu, moral anak-anak dalam hubungan seksual telah memasuki tahap yang mengawatirkan. Lebih dari 60% remaja SMP dan SMA Indonesia, sudah tidak perawan lagi. Perilaku hidup bebas telah meruntuhkan sendi-sendi kehidupan masyarakat kita.
Berdasarkan hasil survei Komnas Perlindungan Anak bekerja sama dengan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) di 12 provinsi pada 2007 diperoleh pengakuan remaja bahwa :
- Sebanyak 93,7% anak SMP dan SMU pernah melakukan ciuman, petting, dan oral seks.
- Sebanyak 62,7% anak SMP mengaku sudah tidak perawan.
- Sebanyak 21,2% remaja SMA mengaku pernah melakukan aborsi.
- Dari 2 juta wanita Indonesia yang pernah melakukan aborsi, 1 juta adalah remaja perempuan.
- Sebanyak 97% pelajar SMP dan SMA mengaku suka menonton film porno
.

Pengakuan Siswi SMA, Beginikah Remaja Kita?

Sekarang gue lagi jomblo. Sudah dua tahun putus. Sakit juga! Habis pacaran empat tahun, dan sudah kayak suami-istri. Dulu, tiap kali ketemu, gejolak seks muncul begitu saja. Terus ML (making love) deh. Biasanya kita lakuin kegiatan itu di hotel. Kadang di rumah juga, kalau orang rumah lagi pergi semua. Kalau rumah nggak lagi sepi ya paling cuma berani ciuman dan raba sana-sini. Buat gue, semua itu biasa. Gue nglakuinnya karena merasa yakin doi bakal jadi suami gue. Gue nggak takut dosa. Kan kita sama-sama mau, jadi nggak ada paksaan. Dosa terjadi kan kalau ada paksaaan. Gitu menurut gue!  Waktu putus, gue nggak nyesel sudah nglakuin itu, habis, mau gimana lagi! Santai saja! Tentang pendidikan seks, gue nggak pernah terima dari orangtua. Paling dari teman, majalah, buku, atau film”

Itulah penuturan Neila (samaran), pelajar kelas 3 sebuah SMA di Jakarta Timur, yang baru saja menjalani UAN. Tanpa beban, remaja manis bertubuh mungil ini menceritakan pengalamannya. Ia dan sang kekasih tahu harus melakukan apa supaya hubungan seks pranikah itu tidak membuatnya hamil.
Sampai saat ini, Neila yakin orangtuanya sama sekali tidak tahu perilaku putri keduanya itu. ”Gue nggak bakal ceritalah, bisa mati mendadak mereka. Teman malah ada yang tahu, tentu saja yang punya pengalaman sama,” katanya sambil memilin-milin rambutnya.
Menurutnya, ML di kalangan remaja sekarang bukan hal yang terlalu asing lagi. Malah, ada yang sengaja merayu pria dewasa yang bisa ditemui di mal dan tempat umum lain, untuk mendapatkan uang atau barang berharga, seperti telepon seluler model terbaru, jam tangan bermerek, baju, sepatu, tas, dan sebagainya.  ”Bukan profesi sih, cuma iseng. Hitung-hitung bisa buat gaya. Mending gue `kan, yang nglakuinnya cuma sama pacar dan bukan demi duit,” sergahnya.

Biarkan atau Bertindak?

Sudah seharusnya kita kembali ke akar budaya bangsa kita. Jauh sebelumnya, bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki nilai akar (root value) budaya yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan kesusilaan seperti tertuang dalam falsafah dan nilai Pancasila. Kondisi yang menimpa generasi muda saat ini, harus dibina dan dididik agar mereka menjadi pemimpin yang memiliki moralitas yang tinggi untuk membangun bangsa dan negaranya.
Semua pihak haruslah merasa bertanggung jawab atas kasus ini. Disamping orang tua, peran masyarakat sangatlah penting. Sistem pendidikan kita juga harus diubah. Jangan naikkan anggaran tanpa meningkatkan nilai yang sesungguhnya dari pendidikan. Pemerintah sudah seharusnya tegas melaksanakan undang-undang, dan para pengusaha, pedagang, dan web internet cobalah berhenti menyebarkan hal-hal yang merusak (karena generasi kita masih rapuh).
Hal-hal yang harusnya dilakukan:
- Pemerintah filtrasi tegas sinetron, film atau iklan  yang berisi kekerasan seksual, pergaulan bebas, mistis-religi, kekerasan-religi, ramalan serta judi.

- Menindak tegas para pelanggar UU Perlindungan Anak
- menfilter situs-situs porno di Indonesia. Hingga saat ini saja ada 6 Situs Porno yang Paling Banyak diakses di Indonesia
- Membangun Youth Centre, pusat pendidikan dan kreasi bagi remaja-remaja agar beraktivitas yang positif.
- Secara aktif mengontrol promosi (iklan) dan peredaran rokok.
- Memprioritaskan program pencegahan perdagangan anak, eksploitasi seksual komersial anak, dan narkoba.
- Edukasi pada masyarakat bahwa jangan mengasingkan anak-anak (yang menjadi korban), bantulah mereka untuk keluar dari permasalahan mereka (material maupun moril).
Referensi: (Komnas PA, Media Indonesia, Suara Merdeka, dan Kompas)

Tren Remaja Masa Kini



Remaja tidak pernah lepas dari yang namanya tren gaya hidup. Dari segi Psikologis, perubahan hormon dan beberapa ciri fisik yang menyebabkan mereka sangat menggandrungi Tren gaya hidup yang baru dan belum pernah mereka ketahui sebelumnya. FaceBook (FB) adalah salah satu Tren baru yang saat ini sedang melanda banyak anak muda di Indonesia pada khususnya. Social Networking yang diciptakan oleh Remaja Berusia 19 tahun ini namanya sedang melejit seiring terpilihnya Barack Obama sebagai Presiden Amerika Serikat yang baru. Dari segi kualitas memang FaceBook(FB) memiliki keunggulan dibanding dengan Friendster(FS). Dari segi penampilan yang minimalis dan terkesan tidak berat adalah salah satu keunggulan dari FaceBook. Belum lagi fitur unik yang tidak kita jumpai di Friendster(FS) menjadi daya tarik remaja saat ini. Karena itu tidak heran jika Tutorial Cara Membuat FaceBook lagi laris manis dicari para remaja yang ingin bergabung menjadi member FaceBook(FB).
Tren gaya hidup remaja selalu menuntut sebuah perubahan yang cepat. Mereka tidak suka hal yang bersifat statis karena itu FaceBook sangat mengerti kebutuhan dari gaya hidup remaja masa kini. Dengan beberapa keunggulan yang dimiliki oleh FaceBook maka layak kalau FaceBook sekarang sangat di gemari oleh kalangan remaja hingga dewasa. Gaya Chatting yang sebelumnya hanya menanyakan alamat FS kini juga sok tanya alamat FaceBook(FB) juga. Namun yang menjadi beberapa gunjingan beberapa pengamat adalah kesulitan sponsor yang dalami FaceBook karena krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat. Menurut Gosip yang beredar FaceBook(FB) terancam gulung tikar karena masalah ini. Nah lho gimana nasib jutaan user FaceBook yang mulai jatuh cinta dengan social networking ini ? Tenang aja, yang namanya Gosip belum tentu benar jadi enjoy aja dulu menikmati fasilitas yang ada di FaceBook(FB). Buat yang mau nambah koleksi kenalan Cewek cantik silahkan, buat yang mau ngirim SMS Cinta Gratis lewat FaceBook juga silahkan atau buat yang lagi Kampanye Damai Pemilu Indonesia 2009 lewat FaceBook juga silahkan. Semua dihalalkan asal gak main Sumpah Pocong aja di FaceBook.
source http://gayahidupremaja.blogspot.com/

Minggu, 28 Oktober 2012

Fighting Between Students

Fighting between students is now a warm conversation among the community, in fact the case fighting between is longstanding, but only when it is very warm  fighting between discussed because often the victims in these fighting between.

4 factors is also the reason behind the mental fragility students: 
1. Internal factors 
Inability / lack of inability to adapt to a complex social environment puts pressure on everyone. Especially in adolescents who are mentally unstable and still in search of identity and purpose in life. Complexities such as cultural diversity, economic viability and the view can not be accepted so acted through violence.When you are not able to adapt, despair, blame others and choose instant way to solve the problem of making sense of frustration getting students to control the unstable emotions. Insensitivity to the feelings of others lead students bear maul to kill each other. Actually, in themselves they need recognition. 
2. Family factors 
If the family is not happy, even domestic violence will have an impact on psychological mental child. Indirectly, adolescents will mimic the pattern he sees in his family. Children whose parents are too protected (spoiled) will also be the same. When joining the social group at school, he would submit himself totally without personality and strong principles.Inadequate emotional adjustment coupled with a social group that is not really the possible occurrence of conflict between students. 
3. Factors schools 
Boredom in the classroom teaching and learning acts as a monotonous, does not allow students to be creative, too reining and also authoritarian influence. Most of the teens live well spent in school, where he studied at the same time expressing himself. No wonder the school is often referred to as a second home.Students who are bored will choose to have fun outside of school. School teachers rated as the authoritarian who likes to punish rather than educate students in a real sense. 
4. Environmental factors
This factor is much wider than the teenagers home. The neighborhood is also speaking schools, television, print media, and dissatisfaction with the country or state facilities. If diruntut of environmental factors, the media and the government is also exemplary in the spotlight on student brawls.Still remember the case of fighting an honorable council? Media displays and actors who do well can be blamed for giving bad example.Given youth a sense of solidarity, often in the wrong lane. Should be emphasized again the importance of controlling the sense of solidarity with common sense and tolerance among human spirit is high. Solidarity is not always chimed in bad things.

How to Prevent Brawl 

From the psychological side, young people must be able to prepare for the transition from childhood to adulthood well. Acceptance true identity will make teens a stable personal and sensible. In addition to accepting yourself, young people must be able to accept other people who have a lot of diversity.Of course, teenagers need the help of family factors, school and environment. If the improvements made in full to the four factors above, inter-student violence should not happen. In short, the improvements made will be very many branches of branches